Home / Romansa / Ayah Anakku Adalah sang Presdir / 05 : Bertemu Dengan Tuan Muda  

Share

05 : Bertemu Dengan Tuan Muda  

Author: Kaagaluh
last update Last Updated: 2023-05-20 15:24:37

Tebak apa yang ada di depan mata Satchel sekarang? Ya, kalian benar, ia sekarang berada di rumah mewah dengan pintu cokelat tinggi menjulang yang kemarin tertutup keras di depan hidung.  

Satchel kembali melihat penampilannya yang ternyata lebih sopan daripada kemarin. Ia memakai kemeja kebesaran yang ia masukkan bagian depan dan juga memakai celana jeans berwarna biru. Untuk bagian bawah, ia lebih memilih menggunakan flatshoes hitam. Satchel tidak mau membuat pria bermata kuning terang itu mengejek dirinya lagi sebagai penari striptease.  

Satchel menarik napas dengan teratur, mencoba untuk menghindari kegugupan yang sempat singgah di sini. Meski ia yakin bahwa setelah ini pekerjaan sebagai pengasuh bayi akan melekat untuk dirinya. Ya, ia menyukai dirinya yang sangat optimis.  

Sebelum Satchel melangkahkan kaki lagi untuk mendekati pintu, suara yang sangat dalam menginterupsi dari arah Barat. Pria sama yang seperti kemarin. Pria yang selalu menampilkan wajah datar.  

“Anda datang lagi ke sini, Nona?” Dia bertanya tapi dalam kalimatnya mengandung ejekan.  

“Ya, kakek yang bernama Addy Walton telah mengundangku kemarin. Dia menyuruhku untuk datang ke sini pukul sembilan tepat saat dia belum berangkat ke kantor.”  

Kalimat Satchel membuat pria itu terlihat sangat terkejut, Namun, hal itu langsung ditutupi dengan berdeham dan juga menatap Satchel dengan pandangan yang menyelidik. “Anda mengenal Tuan Besar?” tanya pria itu dengan nada yang sama.  

“Aku berpapasan dengannya di depan sana.”  

“Oh.” Kemudian pria itu melihat arlojinya yang melingkari pergelangan tangan.  “Tunggulah dua menit lagi, saya akan mengatarmu untuk menghadap Tuan Besar.”  

Hah? Apa maksudnya ini?  

Sontak Satchel juga ikut-ikutan untuk melihat arloji yang menunjukkan angka 08.58. Dua menit lagi!  

Apakah selama dua menit itu ia harus berdiam saja sambil mengatur napas atau ia harus mengulang semua kalimat yang ia persiapkan selama tadi malam?  

Aku harus mengerti salah satu peraturan orang kaya dan itu adalah tepat waktu!

“Ayo ikuti saya.” Pria itu berjalan lebih dulu dan bukan melewati pintu depan, melainkan pintu yang ada di samping. Pintu geser warna putih. “Tuan Besar sedang makan bersama dengan cucu-cucunya dan kita lebih baik lewat pintu dengan akses yang cepat.”  

Luar  biasa! Selama Satchel hidup di dunia ini, ia baru saja menginjakkan kaki ke rumah yang sebegitu mewahnya. Rumah yang memiliki aroma seperti orang kaya dan juga dominan berwarna putih. Belum lagi ubin yang mengkilap dan ia yakini selalu dibersihkan setiap detiknya. Entah harus berapa banyak dirinya merogoh kocek hingga memiliki rumah seperti ini dan itu sepertinya tak akan pernah mungkin.  

Sedikit rasa optimis mulai ciut hanya karena ini. Uh!  

Saat sudah sampai ke sebuah ruangan yang terdapat meja besar di tengah-tengah dan dihuni oleh dua orang pria yang memiliki umur berbeda generasi itu. Satchel sedikit terdiam dan menatap mereka semua.  

“Tuan Besar, ada yang ingin bertemu dengan Anda. Dia mengatakan telah membuat janji pada Anda kemarin. Apakah itu benar?” ucap pria bermuka datar yang dari tadi bersama Satchel. Sepertinya pria besar ini ajudan atau asisten. Entah.  

Suasana yang tadinya hanya dipenuhi oleh dentingan alat makan itu langsung terhenti dan kedua pria berbeda umur itu menatap kami berdua.  

Jantung Satchel sudah mulai bertalu-talu apalagi melihat pria yang kemarin itu menatap dengan wajah terkejut. 

“Kau!” Ia kemudian berdiri dan menghampiri diri Satchel. “Aku sudah mengatakan padamu bahwa aku tidak menerimamu sebagai pengasuh bayi. Apa kau tidak dengar, huh?!”  

Bukan hanya Satchel yang tersentak dengan bentakannya, melainkan pria bermuka datar tadi yang menemaniku.

“Archie.” Suara itu menginterupsi. Kakek tua itu juga ikut menghampiri Satchel. “Aku yang mengundangnya ke sini untuk menjadi pengasuh Baby Aaron.”  

“No!” tolaknya mentah-mentah. “Aku tidak ingin anakku bertemu dengan perempuan ini!”  

“Alasannya?”  

“Dia terlihat seperti bukan wanita baik-baik. Dia kemarin saja berpakaian seperti model atau penari di kelab malam.”  

Mendengar hal itu Satchel tak terima. Andai saja kalau ini bukan antara hidup dan mati, bisa dipastikan muka tampan itu tergores dengan kuku cantik Satchel. Bisa-bisanya dia masih mengatai Satchel penari striptease. Padahal sudah jelas-jelas wanita itu mengubah semua tampilan menjadi lebih sangat sopan.  

“Itu kemarin. Dan lihatlah sekarang dia justru terlihat seperti anak sekolahan yang sedang menunggu kelas di sebuah kampus.” Satchel sedikit senang karena pria tua itu sepertinya mendukung. “Walau sebenarnya wajahnya sama sekali tidak mendukung.”  

Senyum Satchel langsung luntur. Apakah mukaku terlalu tua?!  

“Aku hanya bercanda. Kau benar-benar seperti anak kuliah.” Tawa Kakek Tua itu memenuhi ruangan.  

“Mau dia berlagak seperti orang tua, penari, ataupun anak kuliah pun aku sama sekali tidak tertarik. Aku hanya menginginkan hal yang terbaik untuk anakku!” 

Astaga pria yang bernama Archie ini mengapa memiliki mulut yang sangat tajam, sih? Apakah selama ini aku pernah bertemu dengannya dan membuat pria itu sakit hati? Sepertinya tidak.  

“Alasanmu tidak masuk akal.” Tuan Besar itu menengadahkan tangannya pada Satchel. “Tunjukkan pada kami lamaran kerjamu! Aku ingin memeriksanya dan menunjukkan pada cucuku yang sangat bodoh ini.”  

Satchel memberikan map berwarna cokelat.  

Kakek Addy mengambil kacamata di kantung kemejanya. “Butterfly Charm? Cari tempat itu, Ken!” ucapnya pada seseorang yang tidak tahu siapa.  

Namun, setelah beberapa detik hening, pria yang ada di samping Satchel kini berkata, “Butterfly Charm berada di jarak 37 kilometer dari sini, Tuan. Lebih tepatnya ada di Guildwood.”   

Melihat senyum lebar yang kakek Addy perlihatkan membuat Satchel yakin bahwa ia memang diterima di rumah ini.  

“Sudah jelas yang aku katakan. Kekhawatiranmu tak akan pernah terbukti, Archie. Sekarang aku mau kau temani Satchel untuk bertemu dengan Baby Aaron sebagai bentuk perkenalan. Aku akan pergi ke kantor.”  

“Oh, shit!”  

Satchel mendengar umpatan itu dari pria bernama Archie. Setelah kakek Addy pergi, pria bernama Archie ini terlihat selalu menajamkan matanya ke arah Satchel seperti ia pembawa hama yang bisa merusak suasana saja. “Jadi?” Satchel menaik-turunkan alisnya untuk sedikit meledek.

** 

“Jangan sentuh!”  

Satchel terdiam saat mendengar peringatan itu. Padahal ia hanya memegang kotak bayi yang ada di sana.  

“Gunakan hand sanitizer terlebih dahulu sebelum menyentuh benda-benda Baby Aaron!” ucapnya dengan nada yang sangat ketus.  

Satchel merasa seperti kriminal yang melakukan kesalahan besar dan diperhatikan sebegitu detailnya gerak-geriknya.  

Seorang wanita yang memakai pakaian pelayan mengambilkan benda cair yang diinginkan Archie dan memberikannya kepada Satchel. “Pakai ini, Nona.”  

Di sana, Satchel melihat anak kecil yang sangat putih bergerak-gerak sambil memasukkan mainannya ke dalam mulut. Sepertinya ia baru saja dimandikan.  

“Itu anakku, namanya Baby Aaron. Kau bisa memanggilnya itu.” Archie yang berada di belakang Satchel langsung mengambil sang bayi yang sudah rapi. “Dia berusia enam bulan dan sangat menyukai diriku.”  

Satchel memutar bola mata saat mendengar kepercayaan diri seorang pria. Tapi tak menutup kemungkinan apa yang dikatakannya memang benar, kan? Satchel tersenyum pada Baby Aaron yang memperhatikannya sedari tadi dengan mata besarnya. Anak itu memiliki kornea yang sangat cantik yaitu biru.  

Satchel mencoba mendekatinya saat tangan mungil itu mencoba meraih. Sepertinya ini adalah sambutan yang bagus. Namun, tiba-tiba ... Satchel menahan teriakan saat mendapati rambut merahnya yang sudah ditarik dengan sangat kencang. Bayi tampan itu hanya bisa tertawa-tawa sambil terus menarik mahkota Satchel.  

Astaga! Apakah seperti ini cara perkenalan yang benar bagi para bayi? Dia menyukaiku karena menjadi pengasuh baru atau karena rambutku yang seperti permen kapas?  

Satchel tersenyum meringis. Setidaknya ‘Sang Tuan Muda’ ini menyukainya, tidak seperti ayahnya! 

Related chapters

  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    06 : Kontrak Diri

    Satchel masih membenarkan rambutnya yang kusut. Bukan karena badai topan yang baru saja menerjangnya, melainkan bayi ini yang terus menjambak rambut merahnya bahkan hampir membuat kulit kepalanya ikut tertarik. "Tanda tangani itu!" perintah Archie sambil memberikan dua lembar kertas yang berisikan kalimat-kalimat panjang. Satchel menaruh kantung es di meja dan membaca setiap bait kalimat di kontrak tersebut. Banyak sekali bulir poin yang sesekali membuat Satchel mengerutkan keningnya kemudian menyeringai, kadang kala wanita itu juga memberikan mimik wajah aneh. "Bagaimana aku bisa bekerja jika kau membatasi hubunganku dengan sang bayi?" Satchel menunjuk poin nomor dua. "Harus ada jarak di antara kalian. Beberapa kali pengasuh sebelumnya mencoba untuk mencium anakku dan aku sangat tidak suka." Archie menyemprotkan antiseptik ke tangannya. "Aku tidak bisa membayangkan banyak kuman yang bersarang di tubuh Aaron hanya karena bersentuhan dengan pengasuh yang begitu menjijikkan."1. Mema

    Last Updated : 2024-01-14
  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    07 : Kebencian Yang Semu

    Satchel tidak mau terlalu jauh untuk mendekatkan diri dengan Baby Aaron apalagi ayah dari bayi tersebut. Mengingat perlakuan tidak mengenakan dari pria besar tersebut membuat ia jengah setengah mati. Bahkan ia sempat berpikiran untuk pergi saja dari rumah itu dan mendapatkan pekerjaan yang baru. Namun, jika ia melakukan itu, berarti dirinya harus siap membayar denda yang tertuang dalam kontrak. “Aku akan pergi ke sana, Merry.” Satchel memasukkan ponselnya ke dalam saku. “Tunggu aku sekitar setengah jam lagi.”Satchel melihat ke kanan dan kiri, menunggu angkutan umum yang lewat, tapi tetap saja tidak ada. Sudah sepuluh menit ia menunggu, belum ada juga bus malam atau taksi yang tersedia. “Apa kau menunggu sesuatu, Nona?” Seorang pria dewasa yang menggunakan jas biru tua memperlihatkan wajahnya. Satchel hanya bisa mengernyit untuk memastikan sesuatu. “Tuan Ken?”“Kenapa kau baru pulang?” Ken bertanya tanpa keluar dari mobil hitamnya itu. “Tuan Archie baru pulang dan aku menun

    Last Updated : 2024-01-15
  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    01 : Percobaan Pertama  

    “Aku ke sini bermaksud untuk melamar pekerjaan.” Tanpa tedeng aling-aling wanita berambut merah mengatakan hal tersebut pada seseorang yang menjulang jauh lebih tinggi di atasnya. Pria yang memiliki kesan terkejut dibalut dengan muka yang sinis. Awalnya wanita itu berpikir akan disambut oleh seorang pelayan atau sang penjaga di rumah besar ini, tapi ternyata salah.   “Kau ingin melamar pekerjaan? Sebagai apa?” tanya pria itu dengan suara dalamnya. Tapi jujur saja wanita itu menyukai suara yang serak nan dalam.   “Melamar ... aku akan melamar sebagai pengasuh bayi.” Wanita itu menyerahkan koran yang dibawanya dan juga map yang berisi surat lamaran pekerjaan.   Ia sedikit berdeham untuk mengontrol napas yang terasa pendek karena diperhatikan pria itu sedemikian intens. Mata sang pria yang memindai dari atas ke bawah secara berulang kali itu membuat kakinya seperti agar-agar yang baru saja ditaruh ke dalam piring besar.   Tak ada ekspresi apa-apa yang ditampilkan pria yang sialnya be

    Last Updated : 2023-05-20
  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    02 : Bertemu Dengan Si Kakek Kekar 

    Tubuh Satchel hampir saja terhuyung ke belakang saat pintu tinggi itu sudah tertutup dengan sempurna. Apalagi suara bantingan yang menggelegar membuat telinganya sedikit agak berdengung.   Benar-benar memang orang kaya ini. Dia tidak memiliki etika padahal dengan jelas-jelas Satchel masih berada di depan pintu.   Ia mendengus kesal.   “Lihat saja! Jangan panggil aku Satchel jika tidak bisa menembus kokohnya dinding rumah yang besar ini.”   Kruyuk!!   Uh, benar-benar hari yang sangat membuatnya ingin sekali memakan daging manusia. Bagaimana bisa di tengah ia yang sedang marah, perut ini tidak bisa diajak kerja sama.   “Ayolah, cacing, apa kau tidak bisa memberikanku waktu sejenak untuk mencari uang? Kau tidak lihat bagaimana tadi pria besar itu menutup pintu dengan sangat kencang? Andaikan aku rayap, aku bisa dengan mudah menggigiti pintu besar ini!”   Satchel menatap ke sekeliling halaman yang luas ini. Sebenarnya agak aneh karena di rumah ini kenapa tidak ada penjaga atau pela

    Last Updated : 2023-05-20
  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    03 : Menahan Malu  

    Satchel senyum-senyum sendiri. Awalnya ia merasa tidak berguna di dunia ini dan bisa menjadi beban negara, tapi setelah mendapatkan kartu nama yang mungkin bisa mengubah takdirnya seumur hidup, ia tentu saja tidak akan pernah menyia-nyiakannya. Siapa yang tidak mau digaji dengan uang yang sangat fantastis dan itu hanya menjadi pengasuh bayi keluarga kaya.   Keluarga kaya?   Jika melihat dari tampilan rumah dan juga pakaian dari para pria itu tak perlu lagi didebatkan. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, apa pekerjaan dari mereka sampai-sampai sanggup memberikan honor sebegitu besarnya.   “Ah, sudahlah, apa pun pekerjaan mereka yang pasti bisa menutupi semua pengeluaranku.” Satchel kembali menginjakkan kaki ke mal besar yang berada beberapa ratus meter dari tempatnya berdiri tadi. Cukup membuat kakinya pegal sih, tapi tak apa, untuk hari ini ia bisa memanjakan mata dengan barang-barang yang ada di etalase toko.  Satchel memasuki toko baju yang sangat terkenal seantero dunia. Sia

    Last Updated : 2023-05-20
  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    04 : Dikejar Kawanan Pria Jas Hitam 

    “Anda tidak bisa lari lagi, Nona!”   Seruan itu membuat Satchel ingin sekali tenggelam di dasar bumi. Perawakan ketiga pria yang sudah ada di hadapan membuatnya sama sekali tidak bisa bernapas. Tubuh besar dan juga wajahnya yang menampilkan kesenangan karena telah menemukan Satchel saat ini. Mereka semua mengelilingi bagaikan permainan anak kecil khas melayu yang ingin menangkap satu anak di tengah.   Satchel menatap ketiga pria itu dan memberikan kesan yang biasa saja. Setidaknya untuk di detik pertama ia harus bisa menjadi sosok yang sedikit arogan. “Ada apa kalian mencariku?”   “Jangan bertingkah bodoh lagi, Nona. Mari ikut kami ke kantor dan lunasi hutang kartu kreditmu.” Pria yang memakai kacamata besar berwarna hitam itu berbicara sambil tangannya mencoba menggapai Satchel.   Satchel tentu saja menolak. Ia sama sekali tidak mau disentuh apalagi tangan mereka yang sepertinya banyak sekali kuman dan dosa. Kenapa ia berbicara seperti itu? Karena mereka mungkin sebelum bertemu

    Last Updated : 2023-05-20

Latest chapter

  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    07 : Kebencian Yang Semu

    Satchel tidak mau terlalu jauh untuk mendekatkan diri dengan Baby Aaron apalagi ayah dari bayi tersebut. Mengingat perlakuan tidak mengenakan dari pria besar tersebut membuat ia jengah setengah mati. Bahkan ia sempat berpikiran untuk pergi saja dari rumah itu dan mendapatkan pekerjaan yang baru. Namun, jika ia melakukan itu, berarti dirinya harus siap membayar denda yang tertuang dalam kontrak. “Aku akan pergi ke sana, Merry.” Satchel memasukkan ponselnya ke dalam saku. “Tunggu aku sekitar setengah jam lagi.”Satchel melihat ke kanan dan kiri, menunggu angkutan umum yang lewat, tapi tetap saja tidak ada. Sudah sepuluh menit ia menunggu, belum ada juga bus malam atau taksi yang tersedia. “Apa kau menunggu sesuatu, Nona?” Seorang pria dewasa yang menggunakan jas biru tua memperlihatkan wajahnya. Satchel hanya bisa mengernyit untuk memastikan sesuatu. “Tuan Ken?”“Kenapa kau baru pulang?” Ken bertanya tanpa keluar dari mobil hitamnya itu. “Tuan Archie baru pulang dan aku menun

  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    06 : Kontrak Diri

    Satchel masih membenarkan rambutnya yang kusut. Bukan karena badai topan yang baru saja menerjangnya, melainkan bayi ini yang terus menjambak rambut merahnya bahkan hampir membuat kulit kepalanya ikut tertarik. "Tanda tangani itu!" perintah Archie sambil memberikan dua lembar kertas yang berisikan kalimat-kalimat panjang. Satchel menaruh kantung es di meja dan membaca setiap bait kalimat di kontrak tersebut. Banyak sekali bulir poin yang sesekali membuat Satchel mengerutkan keningnya kemudian menyeringai, kadang kala wanita itu juga memberikan mimik wajah aneh. "Bagaimana aku bisa bekerja jika kau membatasi hubunganku dengan sang bayi?" Satchel menunjuk poin nomor dua. "Harus ada jarak di antara kalian. Beberapa kali pengasuh sebelumnya mencoba untuk mencium anakku dan aku sangat tidak suka." Archie menyemprotkan antiseptik ke tangannya. "Aku tidak bisa membayangkan banyak kuman yang bersarang di tubuh Aaron hanya karena bersentuhan dengan pengasuh yang begitu menjijikkan."1. Mema

  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir     05 : Bertemu Dengan Tuan Muda  

    Tebak apa yang ada di depan mata Satchel sekarang? Ya, kalian benar, ia sekarang berada di rumah mewah dengan pintu cokelat tinggi menjulang yang kemarin tertutup keras di depan hidung.   Satchel kembali melihat penampilannya yang ternyata lebih sopan daripada kemarin. Ia memakai kemeja kebesaran yang ia masukkan bagian depan dan juga memakai celana jeans berwarna biru. Untuk bagian bawah, ia lebih memilih menggunakan flatshoes hitam. Satchel tidak mau membuat pria bermata kuning terang itu mengejek dirinya lagi sebagai penari striptease.   Satchel menarik napas dengan teratur, mencoba untuk menghindari kegugupan yang sempat singgah di sini. Meski ia yakin bahwa setelah ini pekerjaan sebagai pengasuh bayi akan melekat untuk dirinya. Ya, ia menyukai dirinya yang sangat optimis.   Sebelum Satchel melangkahkan kaki lagi untuk mendekati pintu, suara yang sangat dalam menginterupsi dari arah Barat. Pria sama yang seperti kemarin. Pria yang selalu menampilkan wajah datar.   “Anda datang

  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    04 : Dikejar Kawanan Pria Jas Hitam 

    “Anda tidak bisa lari lagi, Nona!”   Seruan itu membuat Satchel ingin sekali tenggelam di dasar bumi. Perawakan ketiga pria yang sudah ada di hadapan membuatnya sama sekali tidak bisa bernapas. Tubuh besar dan juga wajahnya yang menampilkan kesenangan karena telah menemukan Satchel saat ini. Mereka semua mengelilingi bagaikan permainan anak kecil khas melayu yang ingin menangkap satu anak di tengah.   Satchel menatap ketiga pria itu dan memberikan kesan yang biasa saja. Setidaknya untuk di detik pertama ia harus bisa menjadi sosok yang sedikit arogan. “Ada apa kalian mencariku?”   “Jangan bertingkah bodoh lagi, Nona. Mari ikut kami ke kantor dan lunasi hutang kartu kreditmu.” Pria yang memakai kacamata besar berwarna hitam itu berbicara sambil tangannya mencoba menggapai Satchel.   Satchel tentu saja menolak. Ia sama sekali tidak mau disentuh apalagi tangan mereka yang sepertinya banyak sekali kuman dan dosa. Kenapa ia berbicara seperti itu? Karena mereka mungkin sebelum bertemu

  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    03 : Menahan Malu  

    Satchel senyum-senyum sendiri. Awalnya ia merasa tidak berguna di dunia ini dan bisa menjadi beban negara, tapi setelah mendapatkan kartu nama yang mungkin bisa mengubah takdirnya seumur hidup, ia tentu saja tidak akan pernah menyia-nyiakannya. Siapa yang tidak mau digaji dengan uang yang sangat fantastis dan itu hanya menjadi pengasuh bayi keluarga kaya.   Keluarga kaya?   Jika melihat dari tampilan rumah dan juga pakaian dari para pria itu tak perlu lagi didebatkan. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, apa pekerjaan dari mereka sampai-sampai sanggup memberikan honor sebegitu besarnya.   “Ah, sudahlah, apa pun pekerjaan mereka yang pasti bisa menutupi semua pengeluaranku.” Satchel kembali menginjakkan kaki ke mal besar yang berada beberapa ratus meter dari tempatnya berdiri tadi. Cukup membuat kakinya pegal sih, tapi tak apa, untuk hari ini ia bisa memanjakan mata dengan barang-barang yang ada di etalase toko.  Satchel memasuki toko baju yang sangat terkenal seantero dunia. Sia

  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    02 : Bertemu Dengan Si Kakek Kekar 

    Tubuh Satchel hampir saja terhuyung ke belakang saat pintu tinggi itu sudah tertutup dengan sempurna. Apalagi suara bantingan yang menggelegar membuat telinganya sedikit agak berdengung.   Benar-benar memang orang kaya ini. Dia tidak memiliki etika padahal dengan jelas-jelas Satchel masih berada di depan pintu.   Ia mendengus kesal.   “Lihat saja! Jangan panggil aku Satchel jika tidak bisa menembus kokohnya dinding rumah yang besar ini.”   Kruyuk!!   Uh, benar-benar hari yang sangat membuatnya ingin sekali memakan daging manusia. Bagaimana bisa di tengah ia yang sedang marah, perut ini tidak bisa diajak kerja sama.   “Ayolah, cacing, apa kau tidak bisa memberikanku waktu sejenak untuk mencari uang? Kau tidak lihat bagaimana tadi pria besar itu menutup pintu dengan sangat kencang? Andaikan aku rayap, aku bisa dengan mudah menggigiti pintu besar ini!”   Satchel menatap ke sekeliling halaman yang luas ini. Sebenarnya agak aneh karena di rumah ini kenapa tidak ada penjaga atau pela

  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    01 : Percobaan Pertama  

    “Aku ke sini bermaksud untuk melamar pekerjaan.” Tanpa tedeng aling-aling wanita berambut merah mengatakan hal tersebut pada seseorang yang menjulang jauh lebih tinggi di atasnya. Pria yang memiliki kesan terkejut dibalut dengan muka yang sinis. Awalnya wanita itu berpikir akan disambut oleh seorang pelayan atau sang penjaga di rumah besar ini, tapi ternyata salah.   “Kau ingin melamar pekerjaan? Sebagai apa?” tanya pria itu dengan suara dalamnya. Tapi jujur saja wanita itu menyukai suara yang serak nan dalam.   “Melamar ... aku akan melamar sebagai pengasuh bayi.” Wanita itu menyerahkan koran yang dibawanya dan juga map yang berisi surat lamaran pekerjaan.   Ia sedikit berdeham untuk mengontrol napas yang terasa pendek karena diperhatikan pria itu sedemikian intens. Mata sang pria yang memindai dari atas ke bawah secara berulang kali itu membuat kakinya seperti agar-agar yang baru saja ditaruh ke dalam piring besar.   Tak ada ekspresi apa-apa yang ditampilkan pria yang sialnya be

DMCA.com Protection Status